Friday, January 12, 2018

January 12, 2018



Persawahan
            Semenjak zaman awal kemerdekaan negara ini, mulai zaman orde lama, orde baru sampai reformasi sekarang tidak ada yang berubah selalu saja menjadi masalah. Mengapa lagi-lagi isu seperti ini yang terus dilestarikan? Apakah untuk melenyapkan isu ini hanya sebuah harapan belaka? Tidak perlu banyak diskusi jika hanya untuk saling mencari kesalahan terhadap pihak-pihak tertentu saja. Segala macam persoalan di negara ini selalu tidak sehat, ujung-ujungnya hanya soal politik dan politik.
            Saya tidak ingin berkomentar banyak mengenai masalah politik, bagi saya itu tidak dapat menjadi jawaban ataupun solusi bagi ketahanan pangan nasional. Yang perlu saya tekankan, yaitu mengenai faktor apa saja yang menyebabkan krisis ketahanan pangan nasional ini bisa terus berlanjut.
            Membahas soal masalah tentunya dapat kita analogikan sebagai sesuatu hal yang tidak sehat. Dalam hal ini kita perlu mendeskripsikan hal-hal yang justru bertolakbelakang dengan keadaan krisis pangan yang sekarang melanda negeri ini. Maksud saya sehat, yaitu kondisi ketahanan pangan nasional yang baik serta mencukupi.
            Dalam membahas persoalan ini, saya pernah melakukan diskusi dengan seorang sarjana geografi dan lingkungan. Kami memulai berdialektika untuk saling mencari sebab akibat dari keadaan-keadaan yang kami pertanyakan. Menurutnya, krisis pangan nasional dapat menjadi ancaman utama bagi negeri ini untuk masa yang akan datang, terutama ketika arus globalisasi semakin berkembang. Kita perlu bertahan dari kerasnya persaingan global dalam meraih kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimaksud yaitu mengenai sistem ketahanan pangan bagi suatu negara.
            Kami tahu bahwa krisis ketahanan pangan nasional merupakan masalah yang sangat serius. Ia memberikan beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk menangani krisis pangan tersebut. Menurutnya kita harus memulainya dari pemberdayaan lahan pertanian yang sebanding dengan wilayah hutan. Memang mudah jika hanya berkata-kata saja, yang saya pikirkan, jumlah penduduk semakin banyak, penduduk membutuhkan lahan untuk tempat tinggal, lahan kita terbatas. Dengan terbatasnya keadaan lahan dengan kebutuhan yang ada, bagaimana cara kita untuk dapat membagi kedua kebutuhan tersebut? Apakah kita harus mengorbankan salah satunya? Tidak mungkin jika kita mengorbankan salah satunya, itu hanya akan menjadi “buah simalakama” saja.
            Masalah yang selanjutnya mengenai regenerasi. Regenerasi yang dimaksud yaitu petani. Petani kita sudah mulai dimakan oleh zaman, lalu siapa yang akan menggantikannya jika mayoritas individu menginginkan menjadi pegawai negeri? Kekhawatiran saya mengenai tidak adanya penerus petani di masa yang akan datang mungkin saja bisa terjadi.
            Saya memberikan sebuah prediksi, bagaimana jika keadaan di masa yang akan datang semakin bertumpu pada teknologi bahkan robot? Bagaimana jika peran petani digantikan oleh robot karena manusianya tidak ingin repot? Bisa saja keadaan ini terjadi, tetapi apa dampaknya? Menurutnya keadaan seperti ini tidak efektif. Karena tetap saja kita memerlukan keahlian seorang petani untuk dapat menangani secara langsung. Secanggih apapun robot itu tetap saja mereka robot, mereka tidak secanggih manusia.
            Mengenai persoalan kessejahteraan petani juga menjadi faktor lain dari kirsis pangan. Menurutnya faktor kesejahteraan ini juga dapat menjadi pemicu munculnya stigma buruk terhadap para petani. Petani dianggap sebagai profesi yang rendah dan tidak elegan katanya. Perlu adanya jaminan kesejahteraan terhadap para petani, mungkin melalui subsidi juga pembelian hasil panen oleh pemerintah dengan harga yang wajar.
            Stigma buruk terhadap profesi petani juga dapat kita bantah melalui ajakan kreatif. Seperti apa  ajakan kreatif tersebut?  Ajakan kreatif dapat melalui media dan seni, seperti komik, novel ataupun film. Perhatikan apa yang menjadi kegemaran kaum muda saat ini, dari itu kita mulai dapat berkreasi untuk mengajak mereka agar stigma buruk terhadap profesi petani dapat hilang.   
            Semua penjabaran masalah ini tidak akan berarti tanpa adanya tidak lanjut. Bukan dia, mereka atau kita, tetapi mulailah dari aku. Aku yang harus mulai pertama kali untuk menjawab persoalan ini. Suka tidak suka, mau atau tidak mau kita harus melakukannya karena kita sedang terancam.

0 komentar:

Post a Comment