Saturday, August 25, 2018

August 25, 2018




Hipotesisku adalah kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Ketika Tuhan lepas tangan maka game over. Mengapa? Karena ini berdasarkan argumentasiku sebelumnya mengenai Tuhan yang kekal. Tuhan yang penggerak pertama sekaligus penggerak berikutnya. Satu jengkalpun tidak ada yang luput dari-Nya. Ya itu menurut pemahamanku. Kalau kalian? Itu terserah kalian.

Jauh dari Tuhan sama saja seperti menjauhi kehidupan. Walaupun hidup, sebenarnya mati. Kita hidup itu maunya Tuhan. Semua itu maunya Tuhan.

Sebenarnya Tuhan maunya apa sih harus melakukan semua ini? Ini termasuk pernyataan yang sulit. Jika Tuhan menciptakan kita untuk sekedar mengeksistensikan dirinya itu jelas tidak mungkin. Berarti jika seperti itu kita mendeterminasi Tuhan. Masa iya?

Apapun itu yang jelas maunya Tuhan masih jadi rahasia-Nya. Kita sebagai makhluk ya nasibnya memang harus seperti ini. Kalau kita sampai tahu Tuhan mau ngapain ke depannya dunia akan jadi chaos jelas karena semua orang pasti akan berupaya untuk mengkudeta Tuhan, karena pada dasarnya manusia itu serakah. Adakah manusia yang tidak memiliki keserakahan? Wallahualam....

Tetapi sesungguhnya kita bisa tau maunya Tuhan kok. Darimana? Tentu saja dari wahyu-Nya. Wahyu-Nya itu apa? Mungkin kitab suci misalnya. Di dalam setiap kitab suci berisi perintah dan larangan dari Tuhan yang wajib dipatuhi oleh seluruh umat manusia. kenapa Kitab suci ada banyak macam?  Kenapa engga satu aja? Iya kenapa ya? Kata Ustadz saya sih tiap kitab suci itu saling melengkapi dari mulai yang diturunkan lebih awal sampai yang terakhir (Al-Qur’an). Tahapan wahyu itu diturunkan melalui perantara Rasul yang disampaikan kepada umatnya sesuai dengan konteks pada zamannya. Hanya saja Al-Qur’an itu tidak lagi diperbarui, artinya sudah final kata Tuhan.

Kenapa Tuhan memberikan kita perintah dan larangan? Terus mengapa kita diwajibkan untuk menaatinya sedangkan kita dapat melanggarnya? Mengapa Tuhan tidak buat kita patuh saja sejak awal? Bukannya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan? Semua itu benar tentunya. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan seharusnya. Tetapi mengapa kita diberi kuasa untuk memilih nurut atau tidak dengan perintah-Nya? Mengapa malaikat diciptakan untuk selalu patuh? Mengapa kita engga jadi malaikat aja?

Dahulu ketika aku masih di bangku Sekolah Dasar pertanyaan seperti ini justru sering muncul. Aku dan beberapa temanku sering menanyakan hal-hal aneh kepada Guru PAI-ku waktu itu. Namanya pak Budi, aku masih ingat. Beliau menjawab bahwa sebelum kita hidup di dunia kita itu hidup di dunia ruh, katanya. Sebelum jadi manusia kita ini masih berwujud ruh. Ya, sebelum Tuhan menciptakan manusia, Tuhan terlebih dahulu menciptakan kita dalam wujud ruh. Lalu apa hubungannya dengan kita menjadi manusia? hubungannya adalah ketika itu kita sudah diberi kekuasaan oleh Tuhan untuk memilih, mau jadi apa. Malaikat? Manusia? Jin? Atau Iblis? Pilihan itu bebas kita pilih karena kehendak Tuhan.

Dari keempat pilihan tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Manusia memiliki akal dan nafsu tetapi tidak punya kekuatan supranatural dalam arti ini bisa kita sebut kekuatan yang ghoib. Sedangkan malaikat ini tidak memiliki nafsu ataupun akal, tetapi memiliki kekuatan ghoib itu dari Tuhan dengan konsekuensi ia harus selalu patuh kepada-Nya. Selanjutnya Jin, disini ia memiliki kekuatan ghoib, akal, nafsu tetapi posisinya lebih rendah dari manusia. Meskipun ada sebuah pendapat ulama yang justru mengatakan bahwa jin pada masa Nabi Sulaiman as mengaku bahwa ia tidak mengetahui hal ghoib. Berarti bisa jadi dalam hal ini Jin dan Manusia itu berbeda dimensi karena mereka tidak dapat berinteraksi secara langsung, bukan karena jin mengetahui yang ghoib.  Sedangkan  iblis memiliki segala keunggulan yang dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lain. Mulai dari akal, nafsu, pilihan, kekuatan ghoib, semuanya sudah dimiliki oleh iblis. Hanya saja Tuhan berkehendak lain, mereka iblis, malaikat, dan jin diperintahkan untuk bersujud di kaki manusia. Semuanya segera menuruti perintah Tuhan itu kecuali sang iblis. Ia merasa tidak seharusnya bersujud kepada makhluk Tuhan yang secara jelas lebih rendah posisinya dari pada dirinya. Sontak saat itu juga Setan menerima Azab pedih dari Tuhan karena kesombongannya. Ia segera dimasukkan ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Tetapi sebelum itu ia meminta kepada Tuhan-Nya untuk mengizinkannya menggoda manusia untuk ikut bersamanya ke neraka. Maka dengan kemurahan-Nya Tuhan lekas mengabulkan permintaan iblis itu.

Dari sinilah hipotesis yang aku buat mengenai mengapa manusia menjadi manusia, iblis menjadi iblis, malaikat menjadi malaikat, jin menjadi jin. Terus apa alasannya manusia menjadi manusia? dalam wujud ruh sebenarnya naruli kemanusiaannya telah muncul yaitu sedikit serakah tentunya. Dari pilihan tersebut mereka memilih menjadi manusia, mengapa? Karena manusia memiliki potensi untuk melebihi makhluk lainnya. Mengapa tidak setan saja? Ya, iblis memiliki semua kelebihan itu tetapi iblis juga memiliki potensi untuk berbuat jahat lebih sering daripada manusia. dengan catatan bahwa posisinya iblis sewaktu-waktu bisa ter-overtake oleh manusia. lalu mengapa beberapa ruh tersebut memilih menjadi iblis? Ini jelas pertanyaaan yang sangat sulit. Terlepas dari semua kelebihan yang dimiliki oleh iblis tetapi kekurangannya justru lebih besar. Tetapi menurutku sejak dalam wujud ruh semua potensi sifat itu telah muncul. Jadi sebenarnya dalam wujud ruh itu sudah ada kebebasan memilih atau tidak? Itu masih sangat sulit untuk dijawab. Lagi-lagi hal ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Akalnya tidak mampun untuk merekontruksi kejadian yang pernah dialaminya sewaktu masih dalam dunia ruh. Penyebabnya adalah karena manusia memiliki sifat lupa.

Lalu mengapa beberapa ruh memilih menjadi malaikat? Yang pasti itu juga kehendak Tuhan mengapa ruh itu memilih menjadi malaikat meskipun sebenarnya menjadi manusia dapat mencapai level tertinggi. Mungkin kalau zaman sekarang ini bisa disebut sebagai pragmatisisme. Hehehe....    
Lalu bagaimana dengan pilihan menjadi Jin? Secara potensi Jin itu tidak dapat melebihi manusia karena kekuatan ghoib yang dimilikinya dari Tuhan. Meskipun jin juga memiliki potensi untuk berbuat jahat sama seperti manusia. Yang jelas baik iblis maupun malaikat adalah hubungan yang sangat kontradiktif. Mereka diciptakan dari dua unsur murni, iblis dari api, malaikat dari cahaya. Sedangkan manusia dari unsur bumi dan jin dari unsur nyala api.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk Tuhan memiliki kelebihan dan kekurangan di balik potensinya. Ketika iblis memiliki segalanya tetapi tidak memiliki potensi kebaikan, sedangkan manusia dapat mencapai level tertinggi tetapi harus diciptakan dari sekumpulan tanah. Ini jelas sesuatu yang takarannya seimbang. Kita dapat menyebutnya sebagai keadilan Tuhan.


0 komentar:

Post a Comment